ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Senin, 26 Desember 2011

hanya sari pati


“dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah . Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu, Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal daging, dan segumpal daging itu, Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS Al-Mu'minuun: 12-14)


Keesokan harinya,
Mungkin aku selalu berjalan sendiri
Tanpa telapakmu didepanku
Mencari-cari sendiri
Mengakui kesanggupan jika harus jauh dengan mereka

Pagi ini,
Hawa dingin masih memungutku
Mengutuk sebagian rasa sendiri menjadi bentuk sederhana
Aku diam dalam susunanmu kalimatMu Ya Robb
Tanpa mengurangi rasa syukurku kepadaMu

Senin, 05 Desember 2011

ASUPAN SEMESTAKU

Pada dirham-dirham
Langit tertutup untuk itu,

Bukan peraturan yang berakar emas
Melainkan permainan kecil yang siap menjadi tunas
Atau hidup sebelum matahari meninggi

Aku bermuka dua didepanmu
Membawa sepucuk surat yang kulipat-lipat dalam kantong
Berisi garis-garis pucat meminta teduh

Hitam bayangku masih tetap utuh
Tak terlawan angin
Tak terlawan hujan dan panas

Aku menghilangkan cemas ketika bersemayam dirahimmu
Melebarkan tengadah tanganku untuk beribu rizki yang kupinta
Semoga,
Dan semoga aku tak tertawan oleh belasan rasa cemas
Yang kini mengepul dalam asupan semestaku
Kemudian langit tertutup untuk itu ,..

Selasa, 01 November 2011

Menuju jantungmu

jangan pernah tanyakan kabar pada siapapun,..
pada sepotong rembulanpun jangan
karena semalaman ini aku menghilang
menahan ruh yang mengepung jiwaku

jangan pernah tanyakan sosok yang pernah kau tulis pada kertas kosong malam itu
karena anginpun tak akan pernah sadar meniupkanya pada jejak yang pernah ia tinggal

malam yang indah ,
pernah kusandarkan kepedihanku padanya
tangisku digantikan senyum
kosongku , digantikan damai ,...

kemudian kau berontak dalam otak'ku . lalu kau tampar aku dengan telapakmu yang kiri,
plakkk.. " kawan , sadarlah ,.. kini angin telah berhembus keutara.menuju jantungmu "

Minggu, 23 Oktober 2011

Ma'af sayang " aku terjatuh dalam koma "

Cecaran rerintik hujan , diterasku
Kini membanjiri bentangan beton ,

Meluap-luap dalam aliran sungai
Memotong jalan,..
Membawa ribuah jiwa yang terselip dalam butiran pasir

Diantara gelombang
Aku terbunuh , terikat musim dan dingin
Menganggapmu setara dengan desiran angin yang tiba2 berhembus
Menuju jantungku

Kemudian aku tiba pada titik nadimu
Sedangkan disana tak kulihat senyummu yang merah
Semerah anggur yang kuteguk semalaman dengan yang lain
Ma’af sayang ,..
Kupikir,
Barangkali ini maumu.

Kamis, 13 Oktober 2011

kudapati engkau ,.. "ketika separuh purnama"

sementara sinarmu tak tersimpan lagi
dalam kotak kecil,almari jiwa...

ketika malam bersetubuh dengan dingin
tak hanya aku yang semakin menggigil
mungkin engkaupun juga,

diantara dua jeda yang kupinta
satu.
suaramu , bisikan tidur untukku atau penegak aramah didahiku
dua.
malammu , ketika tak kutemukan pagi yang beruntun
disela-sela tangis yang merapatkan janji
saat purnama tepat menghangatkan canda tawa kita

sementara sinarmu tak tersinpan lagi
dalam kotak kecil, almari jiwa ...

Senin, 22 Agustus 2011

KEPADA LAUT


Ketika pasang.

Sesekali , aku benar-benar merindukan hempasan ombakmu
Menghabiskan ribuan rasa yang mengkarat dibentangan beton

Ketika surut.

Aku berhak bersulang kepada pemberi pesan (“)
Ketka didada ini terlihat cacat ,

Mukaku pucat menjadi-jadi
Bukan seperti birunya langit ketika tak mengepul dengan asap
Bukan layaknya gunung yang membatu hingga menimbulkan resah

Ketika tak ada lagi pasang surutmu darimu.
Bukan hanya sepi yang kurasa,
Melainkan hati ini benar-benar mati

Minggu, 31 Juli 2011

ketika kami


menjadi butiran-butiran darah
menjalar disekujur tubuh
jiwa kami mendarah , membanjiri tiap bentangan do'a
yang kami panjatkan

urat-urat kami menyimpulkan pilu
berharap teduh mengunjungi hati kami
agar tak ada lagi
sehasta rasa , ketika kami merindukan mati

ketika kami ,
berlebih-lebih dalam setiap hilir kecemasan hati
mudahkanlah YaRobb kami berdiskusi dengan-Mu
agar tak ada lagi ,
titik hitam yang menyimpul disetiap hati kami

Selasa, 26 Juli 2011

yang ku eja dulu ,

hampir tak kuingat ribuan tapak kaki disekeliing rumah
dipedesaan , tempat aku mengaisi senyum dari licinnya batang pohon
samping masjid , ketika tawa kami menghantam dada orang tertua disana
memendekkan umur "cetusnya , dengan hati berantakan "
seakan akan kami terusir dari kebebasan

hampir tak kuingat , berapa ketukan yang menungging pada ukiran pintu rumah
ketika pintu itu rapat dengan do'a
"hanya ingin engkau menjadi orang " seru lelaki tua kepada anaknya
yakinlah kelak engau mengerti , mengapa engkau harus selalu berpaling dari rumahmu

hampir tak kuingat , siapa saja yang menghabiskan kartu waktu tak ada jam ronda
ketika kami masih belum berumur,
hanya mengaggapnya kertas yang bercirikan orang serakah itu sebagai alat penghibur
bukan alasan karena judi

hampir tak kuingat , ketika aku jauh dari rengkuhmu...
menelan satu-persatu galau yang hampir menyetubuhi hatiku

hampir tak kuingat , kata terakhir ayahku
"berpandai-pandailah mensejajarkan hati dan lisanmu"

Minggu, 17 Juli 2011

titik jarak lintang dengan lingkaran tubuhku

aku berdiri dalam teralis yang menyisakan isak
memaklumi semua yang ada , meski dalam kebodohan

siapa yang membawaku kesini "tanyaku resah "
pada bilik yang diam membisu ,
mengukir jarak dalam nadi
apiku menjalar dalam darahmu

kemudian mereka membunuhku dengan sebutir peluru
menghantam jantungku,
semua mati , tak terkecuali engkau
yang masih berdiri , mengatur jarak pintu dengan jejak yang baru saja terhapus


jika menurutmu ini kebohongan ,
maka binasalah aku
namun jika kau memaklumi yang ada
maka engkaulah yang terlebih dulu binasa

Kamis, 30 Juni 2011

Aku tak lagi merindukan puisimu

jika semua berjajar didepanku
maka,kali ini tak kulihat engkau
seperti kemerin lusa
bertubi-tubi menyayat senyum

karena elang,kembali kubunuh
bukan dengan pisauku ,
melainkan dengan pisaumu sendiri

tak lagi musang kuhantam dengan sebutir peluru
yang ada disaat do'a-do'aku mengangkasa
menunjuki jalan yang semakin licin , dibenakku

biarkan merpati kembali kelahannya
usah kupikul senapan kecil yang beberapa kali mengeja langkahku
karena ,
kali ini tak lagi kuhafal , jalan menuju rumahmu..
jalan menuju hatimu

Senin, 27 Juni 2011

Jarak pantai dan rasa ini

malam itu,
ketika laut menyimpan bau tubuhmu
menduduki simpul tiap terjangan ombak
mendahului gerak jantungmu

ketika aku harus menghitung jarak yang disembunyikan pantai
lekas kuamati teriakan malam dalam taburan ombak dimatamu
aku lumpuh
tak bisa mendayu ,
hanya diam , menahan rasa sakit yang ditelantarkan gelombang

malam itu ,
wajahmu masih kulukis
pada tiap resapan air yang menyapu pantai , tiba- tiba
aku tiada
dalam jarak pantai dan rasa ini

Minggu, 26 Juni 2011

Biar ,Kusimpan saja wajahmu

biar kusimpan saja
semua tentangmu , meski kadang aku merasa dahaga
menelantarkan belasan rindu ,
ketika menusuk didada
sesak biar ,
namun,aku tak akan berlama-lama nengembara kelahanmu


kugambarkan lesung pipimu
ketika merah kudapati engkau
sedang menangis menahan jutaan rindu
yang mengapung , seperti tergambar dikepalamu

biar kusimpan saja
semua tentangmu , meski kadang aku merasa dahaga
menyimpan cerita dalam plot diotakku
sungguh
kini semua masih tentangmu

namun,
ketika tak ada lagi engkau ,
kutorehkan sedih ini pada tiap bab
yang menerangkan rasa sedihku

Senin, 20 Juni 2011

Jika masih ada , pulangkan kami pada satu rindu

Malam ,
Kurasa bisa menyimpulkan arti diamku sejenak
Sebelum rasa ini benar-benar mati

Jika masih ada ,
Tuangkan aku pada segelas kopi , untuk malam ini
Kurasa itu nikmat
Bahkan sangat nikmat , jika dirasa
Ketika hati ini berada dalam titik paling sakit

Gerimis sore tadi ,

Tentang arti rerintik yang kutinggalkan
Ialah wujud kepura-puraanku padamu
Ketika belasan kataku terikat
Dalam candu dan gelisah ini
Aku mati dalam rasa , ketika harus beradu ego denganmu

Jika masih ada , pulangkan kami pada satu rindu
Dan itu tetap engkau yang selalu menjadi titik akhirku

Minggu, 19 Juni 2011

Surat untuk kekasih

Kutulis sebuah rasa padamu , lewat pujian daun jeruk nipis ...
Sedangkan waktu kita masih terbatasi oleh bayang-bayang gelisah , dan candu pada malam . seakan menghimpun do’a semalaman pun tak cukup untuk menjadikan ilusiku ada

Kutulis rasaku pada ribuan kertas , lusuh ditanganmu
Sedangkan kita , mengadu koma dengan mereka..
Lihat saja pada rerintik sore itu , ia tersenyum lepas pada ancaman terik .


Satukan niat kita pada ribuan tanda yang mengapung dibenak mereka
Seakan tak ada jalan yang hendak kita tempuh , menapaki puluhan kilo jalan terjal penuh dengan kerikil ,dikota ini aku masih bertahan ..

Kutulis rasaku pada rintihan malam , agar agar aku bisa mengikhlaskan semuanya..
Tapi itu memang terkadang sulit ,dan bahkan sangat sulit
Mendengkur dari rasamu saja sulit apalagi harus membenci wujudmu..
Sungguh aku tak bisa

Jika benar , kita harus berjarak ... mungkin inilah pilhanmu
Namun ini bukanlah pilihanku,aku tak pernah menganggap pertengkaran kita kemarin adalah awal gelisah ini ada dan kini menjadi-jadi. Sebelum aku paham tentang arti gelisahku , aku tak pernah yakin bisa melepas semua tentangmu , semua tentang benci untukmu karena bagiku , tak akan ada angka yang dilebihkan dari angka sembilan . seperti ceritamu waktu itu ...

Kamis, 16 Juni 2011

Kepada sang embun

Ingin kulepas , namun kurasa embun itu lebih berarti dari setitik air yang menghilangkan dahagaku siang itu , saat musim kemarau menjadi-jadi

Ingin kutahan semua kebimbangan ini dalam riuhnya hatiku , dari galau dan risaunya hati yang seakan melabilkan niatku . namun kadang semua yang ada ingin berontak dan beranjak

Kemudian mereka yang paling kuanggap dekat berbicara pada labilku, “hai hati yang gelisah usah kau tangisi semua yang terjadi , kembalikanlah masalahmu pada-Nya mintalah pertolongan dari sang maha adil , jika kamu merasa sendiri atau berkawanlah dengan hatimu sendiri , bujuklah ia ... agar senantiasa bersujud pada yang kekal “.

“usah kau tangisi semua yang terjadi , bimbinglah hatimu , sabar dan tabahkan . jika rela tak menyertaimu , pulangkan saja rasa itu pada yang berhak “


Kuhitung langkah yang kujejakkan untuk sebuah kemantapan hati , untuk tetap teguh dan menyatu dengan inginku. Tak ingin kusudahi semua yang pernah kubentuk menjadi satu. Aku yakin akan semua ini , dan aku akan tetap berdiri diteras rumahmu , ketika datang ombak , akan kuhitung tiap hempasan yang mendahului pandanganku

Anggap saja aku tak pernah patuh pada semua isyarat alam , apalagi kepadamu ..
Ujarku pada angin yang berbelit didepanku, seraya ia membalikkan arah menuju muaranya.
Kurasa dingin ini hanya sesaat , atau memang selamanya tak pernah kuyakini kehadirannya karena bagiku “kisah ini terlalu singkat” .

Tak pernah menjadi akhir bagiku

hanya cerita yang tertuang dalam angan , kosong ketika kutinggalkan dalam lamunan . dan penuh ketika ada semua yang menyusup dalam imajiku , seperti ia .. ketika bersemayam dalam hatiku.
Kadang aku lebih memilih diam untuk menjelaskan kegalauan ini,dan kadang akupun memilih mati dalam rasa ketika harus dibenci seseorang yang membuatku berarti selama ini ,atau mungkin aku harus kehilangan sebuah fungsi otakku untuk melupakan semua,biar terasa adil untuk semua ..


Sore itu , suara angin yang berdesis berandai-andai tentang sosok wanita ,yang kini jauh dari pandangan kami.ketika pesan itu sampai pada kami .. anganku berjalan mengikuti laju gelombang diperairanmu,ada samudra terbentang didepan kita.memandang lepas dan tak kutemukan siapa-siapa disana.namun hati kami masih terpaut pada keindahan karang yang pernah menghentikan terjangan ombak sore itu, mereka berharap air itu tak terhenti diperairan itu , terduduk menunggu panasnya terik ketika harus memanggang hati yang waktu itu sedang beradu dengan ego

“ Maaf , kita pernah sepaham “ sapaku lirih kepada pembawa pesan yang melintas didepanku
Mengapa kini harus berjarak ?
Dan mengapa kita harus saling bersembunyi dari rasa dihati kami ,

Salahkah jika harus ada jarak ?
“ Mungkin tidak “ , jawabnya pelan
hanya saja peran kita yang masih mengambang ,antara engakau dan aku .

Dik,jika aku boleh mengingatkan…
Ingatkah engkau tentang pertemuan kita waktu itu , dalam kotak kecil ketika kita berpapasan dengan angin malam , saat itu engkau dan aku bercanda dibawah pohon beringin . bercerita tentang keajaiban yang baru saja kita alami… “red.dalam mimpi”

Memang waktu itu , kita selalu berandai jikalau kelak kisah kita bermuara pada sebuah keluarga
Ketika kita berada dalam degup , terperangkap dalam rimbunnya ribuan arteri . aku tak bisa lagi mengucap . aku tak bisa lagi mendengar sesuatu yang dibawa angin malam ini , aku hanya bisa merasakan rindu ini benar-benar menyesakkan dadaku.selebihnya aku merasakan galau yang sangat ketika harus kehilangan rasa darimu, bertahan saja “ucapmu lirih “
Pernah juga kubayangkan tentang sosok darimu , menyapa didepan teras rumahku sedangkan aku masih bisu dalam lamunan , dengan menatap secangkir teh darimu, malam itu . ada juga engkau , menata senyum ketika aku hendak pergi . sedangkan waktu kita memang terbatasi
Dalam hati tak lega , akupun mengiyakan wajahmu pudar dari pandanganku.sedang , ketika aku terbangun , secangkir teh semalam memang tak ada . dan kini aku baru sadar bahwa mimpiku semalam itu hanya membuatku semakin resah , resah karena memang tak lagi ada engkau disini
Kemudian aku menunjuki satu catatan tentang pertemuan kita “ pagi yang indah “ hanya itu saja yang masih terangkum dalam benak . selebihnya aku benar-benar lansia untuk memikirkan semua,apalagi itu tentang rasa
kini senja mulai bergaris ditanganku , sedangkan aku tak lagi bisa berbuat lebih ,... hanya bisa meyakini dan menjaga semua ini sampai ia benar-benar ada

Jumat, 27 Mei 2011

Padamu rindu ini tertera

Saat pagi buta , ketika kau dan aku tak lagi melihat sunyi , merasakan dingin yang sangat ketika itu.. mendung bergelantungan diatapku , menjadikan pandanganku tak lagi peka terhadap mimpiku semalam,setelah jarum jam ini menunjuk keangka 5 aku tersenyum saat kembali mengais sisa-sisa mimpiku semalaman, ada engkau sayang disana , menanyakan kabar yang baru saja ditelan angin .. berhembus menuju bayanganmu “ sedang apa kau disana” keluhku pada sesosok bayangan hitam dekat almari kamarku,hanya ada bunyi kipas yang selalu meniupkan hawa dingin , dan semakin melekat dikulitku...

Padamu rindu ini tertera , setahun cerita kita berjarak ..mendayu-dayu diatas bukit dan curah hujan.aku terbawa musim ketika harus mengingat-ingat engkau.serasa hujan semalaman menjadikanku beku dalam candamu,menikmati bilir-bilir rindu dan rerintik do’a sunyimu untukku.menengadahkan kedua jalur didepan pelupukku,aku juga selalu berdo’a untukmu sayang.semoga engkau dan aku bisa melewati masa-masa seperti ini..

Serasa dingin menyekatku disudut sunyi ini , dan ketika aku ditannya tentang sebagian rasa ini .akupun menjawabnya ”Besarnya rasa , itu bukan degup yang menghitung ... beratnya rindu , itu bukan panjang atau lamanya waktu yang kita tunggu.percayalah pada sesuatu yang dianggap paling benar menurut hati kita.. jika kamu merindukan seseorang , dan waktu itu belum sepenuhnya kau miliki,cukup percayalah pada takdir Ilahi “


Rerintik ini sudah habis kuhitung semalaman bersama lajur mimpi kang menuntunku pada seraut wajah yang terjaga disana , melewati dingin dan sepi itu sendiri . sungguh tegarnya engkau saying, jauh dari peradabanmu sendiri , merantau entah kemana angin menbawamu,tak habis kuhitung baris dan kolom pada kalender yang terpampang didekat jendelaku,sudah setahun rasa kita melekat pada kejauhan.

Minggu, 15 Mei 2011

Hingga kau dan malampun membisu ??

jangan kau lepas ,.

hingga aku merasakan teduh dan kemudian tersiksa

jangan dulu kau lepas

hingga jari-jariku menjadi angan yang menusuk-nusuk dihati

ketika kurasa,



ketika malam menggigil bersamaku

aku tahu, kau juga bersembunyi

kemudian berdiri didepanku , memandangi semua

yang kini menjadi tiada..

Rabu, 04 Mei 2011

peluru dalam kantong

detak jantungku menyamai iramamu saat ini
datang melambat dalam trah
tak bisa dipaksa cepat atau bahkan melemah

henbusan nafasku , kini menyamai rumusan molekulmu
terdiri dari dua huruf dan satu angka
itu berarti racun.

pandangan kita ibarat tombak
datang pada musim yang tak tepat
dan menghujam pada keterbatasan ,

ah,..
itu semua hak kita ..
kita itu sejatinya seperti apa ?

apa seperti peluru dalam kantong
atau bahkan hanya seperti senapan dalam gudang ?

Selasa, 03 Mei 2011

Kuharap , cemas ini tak lagi ada

Aku tak bisa membayangkan
Tentang sebuah keadaan yang membahayakan
Diruang ICU ,
Aku tak bisa membayangkan
Hal yang buruk , jika itu benar terjadi

Jangan dulu kau bahas tentang kematian
Jangan dulu kau bisikkan tentang rasa sakit yang tak bisa ditahan
Bahkan dirasa ,
Karena itu memang benar-benar sakit
Dan lebih sakit jika dirasakan

Aku tak bisa membayangkan tentang hari esok
Karena hari ini saja,
Jiwaku terpatri dalam kotak
Tak bisa kemana- mana
Tak bisa memandangimu
Dan tak bisa bicara didepanmu

Do’a ini
Dan sunyi ini....
Kini beku,dalam satu altar

7:06 , 3 mei 2011

Senin, 25 April 2011

aku yang selalu menanyakan kita, agar rasa ini tak berjarak

lain kali akan kulukiskan
senja yang indah dipelupukmu
sebelum tetes air mata itu mengambang
dan terjatuh , karena luka

lain kali akan kutepikan
cinta direlung senja
yang kadang tiada dan berjarak
mungkin karena waktu yang kadang bisu
membutakan nurani kita ,saat itu ...

lain kali akan kubaitkan
mendung yang bergelantung
menjadi puisi
untuk menepiskan sedikit luka dihatimu
kubaitkan rindu ,
diantara manik -manik dan kebimbanganmu
karena aku selalu padu dalam rasa ini

lain kali akan goreskan luka dihatimu
agar semua cinta , tak diatas namakan suka
atau barangkali..
lain kali akan selalu kutengadahkan tanganku
untuk kesederhanaan cinta ini
agar rasa ini tak berjarak

Selasa, 19 April 2011

Yang Tidak Ada DiMeja ,

Maka tak ada hening yang sedang dirasa tiap hati yang sedang gelisah , seperti tak ada teman disampingku , menemani minum kopi seperti kebiasaan kami waktu dulu ... menggenapi malam dengan bilangan 0 maka kami lupa akan waktu, denyut nadi yang menumpulkan detak jam yang mengayun diputarannya , melambat...seakan melambat dalam pikirku,seperti baterai akan habis dan koma ,

Lalu , cukup kupandangi gelas yang ada diatas meja itu. Semenjak pagi tadi ia dekat dengan tungku itu , tapi tak ada apa-apa didalamnnya, hanya kosong.. berisi angin sesat dan pandangan hampa dariku , beribu lamunan berhambur didalamnya , siapa saja yang kuhapal sore itu .... mungkin engkau juga ada , namamu panjang , ketika berulang kali kusebut .berawal B dan berakhir B , sebab tak ada koma bahkan titik

Yang tidak ada diatas meja kerja , mungkin setumpukan anganku ...
Tak ada butiran air ketika harus mengisi masa-masa sedihku, kamu dan kamu selalu membumbui hari-hariku bahkan tiap jam ,menit bahkan detik .... tangan ini selalu menyeratkan namamu dalam kertas kosong yang sengaja kuselipkan dibukit-bukit dompetku , kusam , putih kecoklat-coklatan namun selalu kuingat tiap lipatan yang menghubungkan jarak hubungan kita , sejengkal aku lupa maka lipatan itu mengingatkanku tentangmu,

Itu engkau yang selalu mengunci hati ,
Membiasakan dinding itu sempat merapat dalam celah yang mengaitkannya dengan pintu ,tempat kita masuk dalam ruangan ini ... dipertengahan malam yang lalu kita bertemu dan saling menghapal liku yang pernah membentang ,
Sepuluh bulan , bukan waktu yang singkat untuk saling mengisi , membenarkan tiap resah yang mengelabu ... mengosongkan jiwa kita saat itu
Tapi , kembali resah itu seakan tumpul karena hadirmu disini, memberiku arti dalam tiap bait yang terus ter eja . Resah bahkan sedih yang dulu manjadi penghalang kini menjadi penguat akan rasa saling percaya

Yang tidak ada diatas meja makan , mungkin sebait bumbu darimu ..
Ketika masakan hari ini tak mengenyangkan perutku , manis ,asam,pedas bahkan sedap tak kuarasa ketika kulahap secara perlahan ,
Semua pernah kucicipi masakan diatas meja itu ?
Tetapi tak ada yang mencukupkan rasaku menjadi satu , “pikirku mungkin hari ini tak ada engkau “


Kembali ,
Pena itu kembali kuraih ,
Melengkapi kosong yang belum terserat
Aku melupa dalam wajah ?
Namun tidak dalam rasa ,..
Melabuh , berdiri kokoh dalam tiraniku..

Rasa ,..
Kembali engkau memunguti kosong yang tercecar
Dalam kotak yang aku kunci dalam lemari besi
Rasamu didalamnya ,
Mengaitkan rindu
Mengadu pada malam
Ketika kudapati hening
Mencekam , rasa darimu berhamburan

Pena itu kembali kuraih ,
Kutuliskan tentang perih ini
Kujelaskan tentang kebijaksanaan hati
Kuperlihatkan tentang kosong telapak tanganku
Tak berisi jabatanmu,
Kuperhatikan ukiran namamu
Dalam dinding dibalik rumah susun itu
Ketika semalaman engkau menemaniku dalam mimpi



Pena itu kembali kuraih , kuletakkan diatas meja tempat aku menautkan wajahmu dalam angan , ingin kutuang dalam imajinasiku . menyamai angan yang bergeming waktu itu,
Mungkin tepat , tak ada jarak yang merentangkan serdadu dengan pelurunya
Tak ada jarak yang menjauhkan pena dengan penulisnya
Serta tak ada pandangan kosong diatas meja, “ketika engkau ada didekatku” tak perlu berhayal ...
Tak perlu mengeja , agar aku terpaut dalam lipatan malam yang menjaga tiap hati yang ingin bermuara dalam mimpi


Tentang selembar kertas,
kutabur warna-warni dalam kuas yang kupegang , tak kugambar sesuatupun
lalu cukup kupandangi wajahmu,
itu saja

Yang ada diatas meja ,
Selain pena , kertas dan anganku
Membiru dalam pandangan rindu,
Cukup namamu,
“Berinda Prasasti “

0:29 19 April 2011

Kamis, 07 April 2011

Tiada ,..

Tuhan,
rasa agung telah bersemesta
dalam ruh
sebelum jiwa kami tiada
dalam beku dan canda sahabat-sahabat kami
merintih sebelum cukup

mungkin kini kami jauh ,
dari tulang rusuk mereka
yang semenit lalu masih berduka
dalam kotak,
sebelum kami buka
dengan do'a dan harapan kami

Tuhan ,
jiwa kami
ruh kami
seakan bercanda , dalam keriangan
ketika sedih tak terhitung

adanya sebab ,
itu karena kami

Tuhan
ampuni kami

Selasa, 22 Maret 2011

pada ketegaran dingin

pada jalur yang mana ,

ia membuat hati kita beku

mengeras bak es dalam almari besi



pada hati yang mana ,

perasaan kita selalu beradu dan mengenakan rindu

mungkin pada kemungkinan-kemungkinan yang lain,

jawabku ; tak pasti



hanya saja , terkadang beku ini terasa sakit

dan sangat menyakitkan

hitung saja luka yang pernah ada



hanya saja , sesekali waktu kita merasa

bahwa malam itu adalah waktu sangat mudah

untuk meniupkan satu luapan rasa

menyublin pada ketegaran dingin

berhembus pada kelelapan angin

Selasa, 08 Maret 2011

malam ini

seperti kerasnya betisku ,...

memukuli rasa,

seakan membuatnya ingin

melebur jadi satu , tak menjadi huruf atau angka

menetes dalam satu lubang , mungkin dewasa

semua menjadi keramat karena pikir kita

Yang hampir menyamai kehendak malam,



ah , aku terlalu memikirkanya...

sesuatu yang tabu kini membuatku bisu

Kamis, 20 Januari 2011

tak berdesis

ini,...
itu,..
semua berantakan...!!! "kenapa ?" tanya angin
tak ada yang berdesis setelah ini inginku,
ini hanya hati yang tak tertata ,untuk hari ini

mungkin sebagian tak tau ,,
atau bahkan tak pernah

Kamis, 13 Januari 2011

mungkin tak ada kita "waktu itu "

tak ada logika setelah ini sobat,..
tak ada kebenaran setelah hijau menghujam kita

merekalah yang riang kali ini,..
dengan tanda-tanda
merekalah yang bersahaja malam ini
tak perlu kita

hanya sedu sedan saja
itu cukup ,..
buat kita