ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Rabu, 08 September 2010

Seolah beku dalam kutipanMu

Dingin ini mencibir dalam beku dan keramatmu
Seolah sontak dalam hening,…
Tak cukup kupikul sendiri
Tak cukup kuretakkan untukmu

Serasa pekat meremang dalam sesakku
Tak tau arah , ..
Tak tau kemana harus berlari dari dosa
Aku yang tiada dalam barisan gerimis
Kini mengendus dalam roh
Dan menghilang ,..
Mengikuti jejak-jejak yang kau petakan siang itu
Bersama rasa bersalahku pada tiap mereka yang kupandang dan hidup

Tuhan
Jelaskanlah padaku , tentang hujan dan tangisku sore itu….
agar aku selalu teringat akan dosa

RAMADHANKU, TANPA APA DAN ITU ?

Pada langit-langitmu aku ingin berteduh,….
Sebelum suara angin kutelan , pahit
Pada sedikit tingkahmu aku ingin mengukir sajak,..
Dari sosok tak jelasku ,

Kunikmati ramadhan ini,…
Tanpa apa dan itu,..
Tak jelas sungguh dan ingin kuterangkan
Sedikit kutoreh dalam wajahmu yang teduh
Agar aku tak terlalu jauh tersesat
Membalikkan arah , serasa tersenyum untuk akheratku kelak
insyaAllah……


pada langit-langitmu aku tak lagi bertingkah,..
sebelum purnama ini dihabisi fajar , kemudian aku berdo’a
semoga ramadhanku genap dan engkaupun begitu

Minggu, 05 September 2010

Gelap dalam sadarku ,..

Sekali-kali , aku meliriknya kejam ..andai saja diantara kepalanku ada amarah yang bisa kubagi dengannya sungguh aku ingin melemparkan kepalanku padanya , agar perasaan kacau yang selalu kukhawatirkan itu segera ia miliki

Ada apa dengan kesalku hari ini, serasa hidupku tak ramah pada siapapun kecuali ia yang kadang menyelinap dibenakku,terperangkap dalam sunyi kemudian mendekap erat tubuhku ketika beku berseteru dengan dinginnya alam. Aku ikut serta dalam barisan do’amu ketika kau rasa , dan aku mati ketika tak kau cermati langkahku..

Perasaan ini semakin meloncat-loncat bagaikan tupai dalam sangkarnya , hanya intuisi yang kadang berhambur mendekapnya.. lalu serentak bayanganku kau injak dan kau tinggalkan, kau tega ucapku lirih

Satu*

Entah masih kuingat atau tidak rasa yang dulu manjanjikanku itu, ketika bunga menjadi saksi pertemuan hati kita , perasaanku terbuih dalam genggamannya .. tak bisa menjauh bahkan berpaling darinya , aku tak bisa...
Sekedar berjalan , mencari celah untuk sekedar merasakan perih yang belum kurasa saat itu, saat perasaanku menjadi-jadi dan membutakanku

Segenap rasa yang menggenapi tiap ruang , terselip dalam kata yang tak kau jamah , terbelit dalam ucapan yang tak kau jelaskan.aku menunggu saat hati ini merasa bebas untuk sekedar mencari arti dari semua yang kurasa, seakan semua percuma katamu .. dalam bisik yang tak dijelaskan angin

Barisan ombak itu mengapung-apungkan pandanganku,menyeretku dalam tiap hempasan yang tertuju padaku , aku teringat satu dari beribu ucapanmu “ jangan pernah tinggalkan aku “ ucapmu dalam serat-serat janji bisu.aku menganggukkan kepala dan tersenyum lebar pada saksi hidup disekeliling kita saat itu, entah siapa yang paling kupercaya saat itu selain engkau.mungkin tak ada?

Ada batu yang terseret ombak , dan merapat pada dinding yang tak pernah diinginkan kepulanganya . ia mengganjal pandanganku tentangmu ,


Dua**

Malam telah berakhir , ada satu kecupan yang tak kulupa saat itu, saat malam merasa malu-malu pada tingkahku.maaf aku tak berniat seperti itu , hanya saja nafsu yang mengekang kemudian membujukku.. hingga aku bisa kau bilang binatang, iya itu aku..

Jalanan mulai bisu, tak ada alas yang dijatuhkan dengan hati teriris , hanya saja ada yang terjatuh karena akal tak lagi dimilikinya,seperti tak tau arah .. berjalan kesana-kemari tanpa tujuan dan harapan.malam membiarkanmu begitu dan semoga saja tidak dengan malam-malam yang lain setelah ini, do’aku..

Ada pintu yang tertutup rapat,suasana gelap menyita sebagian sadarku,aku beku dalam pelukanmu.ketika dingin tak lagi kurasa dan hangat tak lagi kuminta.kau sungguh dekat dengan retinaku ketika kupandang , kau dekat dengan gelisahku ketika kurasa , dan kau dekat dengan cemasku ketika pelukmu kau lepaskan,. Aku mendamba ini dilain waktu “ ucapnya pada hening yang berkeping

Tak ada tanda yang bisa kubentuk menjadi pengacau tidur mereka , ketika mimpi menguasai hidupnya.aku merapat pada sebagian sadarmu... mengendus dan mengaharap ada jiwa yang tersontak lalu terbangun dan mengingatku.

Oh,Pukul 10.12 ,.. belum terlalu larut ucapku lirih.

Tiga ***


Jiwaku mulai terjebak dalam acuhnya waktu , sesekali hanya ingin kuhanguskan rinduku kepadanya.

Sabtu, 04 September 2010

Dibayang-bayang rasaku

apa kau benar ?
aku tak lagi melihat benderamu
seperti kemarin ,
saat berkibar dihatiku..

berkibar, menjaring angin
berkibar , saat aku tak sanggup memandang mataharimu

itu kau,
jauh dari rengkuhku
jauh dari anganku sendiri
saat ini kurasa...

masih,..
disini aku sejajar dengan waktu
tak lebih dari menit , dan tak lebih pula dari detik yang menghujam rasaku

masih,..
menunggu batang-batang rindu darimu
ketika menjadi pematang , aku ingin air itu tak lebih
bahkan kurang
ketika mejadi jalan , aku tak ingin lurus saja
ada belok , menanjak , dan sesekali berlubang
agar aku,engkau dan mungkin mereka semakin tahu
bahwa jarak bukanlah pembatas
antar sedih dan tawa yang pernah kita rajut

Sampai kau kembali

aku yang mencintaimu dengan rasa yang tak pernah surut , tak seperti gelombang diperairanku .. kadang pasang dan kadang harus surut
kecuali sedikit rasa benci dalam hati ini, sesekali ingin segera aku menguburnya dalam tanah kosong dekat rumahku agar tak pernah sampai kepadamu

aku berjemur diantara gesangnya masa lalu dan hidupku saat ini , agar jalanku tak selalu berkelok dan akhirnya menyendiri dari peradaban negeri ini. Tetapi sejatinya aku tak pernah ingin selalu jauh dari rasa dan ragamu walau hanya sejauh bayang-bayang imajiku

hatiku geram ,merintih kesakitan ketika harus kau tinggal …. 3 september 2010 ialah hari tersulit yang pernah aku rasakan. Dan kini menjadi awal tanda perpisahan antara engkau dan aku .meski sebelumnya aku tak pernah melihatmu , menatap damai wajahmu ketika hati ini merasa beku dan sendiri. Janjiku,… aku akan seperti ini sampai kau kembali