ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Senin, 30 Maret 2009

Tentang selembar kertas lalu kutidurkan penaku


Bersamanya adalah misteri yang tak mungkin kujalani bahkan I’tikat untuk melabuhkan imajiku dilembaran yang adapun tak jadi ambisi lagi setelah suara angin malam mampu menelan semua keinginanku.tak akan kuraih pena itu setelah kuletakkan diantara jari ibuku…lalu aku diam dan berbisik pada hening yang menelan pikiranku untuk segera berontak dari kekacauan disekelilingku, dan kali ini tak mungkin kuabaikan pesan itu mesti ia hanya sehening kisah yang kuterima sesaat lalu
Tak ingin kekacauan itu menemuiku dengan kerendahan untuk memikul keahlianku dalam kekurangan beberapa waktu yang entah apa landasan semua itu jika ia adalah selembar kertas yang ada dalam ceritaku sedangkan aku adalah setitik pena yang memperjelas arti kehidupan yang belum aku fahami falsafahnya…..maka hanya sesaatlah aku memujinya, karena ia tak mungkin slalu menjadi abdiku

Benarkah ia adalah sumber cerita yang kupotong saat malam mennemuiku dalam alunan embun yang menjadi dingin, saat ingin kutawar ia dalam sehelai anggukan nafas yang menentukan kearah alunan waktu .
Sesaat lagi mungkin pesonanya akan memenuhi ruangan didadaku meski tak pernah terlantunkan serasa rindu berat yang selalu aku nantikan menemui pesanku , dalam barisan kerinduan . tentang keindahan menhayalkannya ……jika tak perlu kusebutkan namanya malam ini tetapi sebelum esok menjemut mimpiku aku ingin ia datang bersama rindu yang tertera dihatinya meski kadang kudapati dalam kemaluan menjemputku, benar perasaan rindukah yang kutelan saat ini …? Andai saja malam adalah pewaris imajiku mungkin tak akan kubiarkan ia mendahuluiku menemui pagi yang belum kulihat dalam jendela yang masih terkunci rapat . meski aku tak perlu membukanya untuk menikmati keindahannya. serasa kedunguan itulah yang memaknaiku dalam pemahamanku tentang seseorang sebelum aku menyebutnya dalam penantian fajar sebelum esok mengawasiku dalam lilitan janji yang terucap diawal lalu……
Sebaris hayalan hanya kutelan dalam benak kosong yang membodohiku dimalam lalu, dan untuk saat ini akulah pedungu yang tak pernah ingin bermain dalam kehidupan yang terlalui sesaat gelap menjadi saksi kedatanganku dipelabuhannya . pernahkah ia menyebutku dalam semalam …?jika tidak mengapa aku menyebutnya rindu ….

Dan aku tetap mendamba kedatangannya untuk waktu yang tak lama . terlalu dungukah aku jika menyebutnya “ia adalah tautan kerinduanku “ sedangkan ia tak pernah bermimpi tentang pemimpin yang memenangkan hatinya diantara senja dan fajarku.
Dan tak pernah kuragu akan keseriusanku seminggu yang lalu , bahwa benar aku bukan hanya pemimpi tetapi aku juga pedungu yang merengkuh janji seberat itu….
Jika aku mampu melaluinya tanpa harus mengharapkan ia ada bersamaku mungkin pesan do’alah yang belum pernah aku sebutkan dalam kelelapan malam menjaganya.
Sedikit kataku menyemainya dalam usungan pena dilembaran yang kutaruh dimeja itu sepintas aku meregangkan niatku untuk memintanya datang untuk melengkapi senyuman yang belum sempat aku tepis untuknya walau dalam baitan mimpi yang meyodorkanku bak pesan resah yang selalu tertuang dalam semangkok hayalan yang belum aku tuangkan ide yang membuat malam menjadi bisu lalu gaduh….. setega itukah aku berandai tentang perasaanku ,…..
Terlalu seringkah aku memimpikanya , atau bahkan terlalu singkatkah aku menuangkan ia dalam kehidupan senjaku……seandainya ia benar pujaanku dimanakah aku meski memintanya? Dibawah kesadaran akalku atau direlung kekecewaanku atau bahkan tak diantara keduanya aku harus menepiskan sedikit pesan resah yang aku rangkai dalam heningnya membiarkan aku mengelus sifat untuk membencinya. Jika ia tak patut aku jauhi kemana meski fikiran ini membimbingku….

Minggu, 15 Maret 2009

yang tak mungkin kubenci...

terukir dalam hatiku ,bukan kata...bukian air mata...bukan pula rindu yang dinanti setiap insan dalam kelalaiannya.melainkan rasa yang berkecamuk dalam noda - noda yang sungguh paling aku benci ....setega itukah aku memaki..
huh .......tak mungkin aku memakinya... apalagi harus membencinya..

ia adalah cerita dalam kehidupanku...
sungguh tak ada alasan aku mebenci pujian - pujiannya .tak ada naluri untuk mempertanyakan semua masalah itu ....karena malam tak mungkin hadir lagi seperti kemarin , bersama rembulan ia merengkuh hatiku memanjakan syair sebelum pagi menghanyutkanku dalam rimba kehidupan.
tak pernah kudapati kelembutan itu selain datang dari bibirnya kala ia bicara,tak pernah kudapati keindahan itu selain dari tatapannya kala ia memuji kebesaranNya...
dan tak pernah kudapati rindu ini selain dari caranya memaknai kehidupan ini...
sungguh aku tlah jatuh hati pada sebatang bunga yang sudah ada pemiliknya.....
tuhan berdosakah aku jika harus memujinya dan mengharapkannya sedangkan ia tak lagi sendiri

bersama itu kualunkan niatku...mencari arti dari tiap aku menghelai nafas karenanya bukan karena ia menjawab teguranku atau tidak ...
mungkin hanya keikhlasanya menyambutkulah yang slalu kusertakan dalam do'a - do'aku

Rabu, 11 Maret 2009

seuntai kasihku.....

malam adalah pelipurku ..........
sendiri dalam barisan waktu lalu mengeja baitan lesu pada dentangan jarum jam yang mengalun senada dengan detak jantungku.saat itu aku tak boleh bercerita tentang hilir nafas yang menjadikanku lemah saat aku mulai memikirkan sosok yang selalu hadir dalam kebisuan malamku. ia tiada sejenak ...lalu ia benar-benar menghilang entah kemana....

Rabu, 04 Maret 2009

mengeja baitanmu

terasa asing ,bila hari ini aku harus berjalan melewati gurun yang belum pernah aku lewati tak ada bukit yang menjadi penanda ketika aku tinggalkan jejak ini.tak ada gerimis mengejarku apalagi hujun....mungkin ia selalu alpa bila kau pertanyakan disini yang ada hanya terik, dan tak lebih .

disekitarku hanya ada guratan takdir yang mengawasiku, diam-diam menjadi penunjukku tanpa aku memintanya....lalu hati ini menangis dan berteriak sekeras -kerasnya namun hanya nada lirihlah yang ada . tak ada bentuk kehidupan disini dan tak ada tanda -tanda jika aku mencari kebenarannya .

jiwa ini mengalir dari bantalanmu hingga menuju lelap yang masih aku rasa saat tak kutemukan malam yang menjadi penemu antara rindu dan cinta yang kini masih aku bawa , entah kemana aku harus mencarinya ....tak ada satu jejakpun untuk aku ikuti untuk menegur sajak yang pernah kutumpahkan dalam secarik kertas yang kau sodorkan kepadaku malam lalu , apakah itu rindu...? jika saat ini aku tak pernah merasakannya

hanya teguran yang aku harapkan,seandainya kau tak pernah menganggapku ada dalam baitanmu
bukan cacian ,maupun belas kasihan..... karena aku tak perlu itu

jika kau menganggap malam adalah misteriku, kau tak pernah salah menilaiku karena antara lelap dan lelahlah aku menitikkan sebuah harapan bersamamu.dan kau tak pernah menjawabnya bahkan membalasnya
dan itulah misteriku......