ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Selasa, 30 November 2010

Ketika degup ini merajamku

Esok atau dalam waktu dekat engkau akan segera mengerti , mengapa degup ini selalu ada ?

Tak kulihat malam seperti kemarin

Saat engkau dan aku , bercerita dalam satu bab ke bab yang lain

Tak ada canda atau tawa yang ingin segera pergi dari kita,


Saat itu .

Kau adukan aku lewat tatapan lilin yang diubun2nya digaungi resapan api

Cahaya ini untuk siapa “tanyamu pelan “


Cahaya ini hanya untuk hati yang diselimuti rasa gelisah “ jawabku “


Pernah kau tiadakan aku dalam pandanganmu, ketika mereka berjalan dengan telapak lelah sedangakan aku berlari dengan telapak penuh amarah ,

Menuju rumah,

Ketika hendak dijamah , alienasi dalam diri

Untuk siapa semua hasrat itu ?


Sambil kupandangi engkau, lalu kukatakan engkaulah akhir dari perjalananku,,,

Engkaulah titik yang hendak kutuju , ketika tanda baca tak kukenali lagi...

Sabtu, 06 November 2010

Waktu kita ,

Sayang , ma’af malam ini aku tak lagi bisa memejamkan mata ini untukmu, cukup sunyi yang berotasi didadaku . tak ada namamu , tak ada indah matamu , tak ada senyum manismu, tak ada hening yang tercipta saat kau menangis , tepat dibahuku..

Saat keremajaan membatasi ingin kita .aku tahu kita tak pernah satu ruang . hanya peka saja yang kadang mengundang kita dalam maya.

kemarin waktu engkau mencoba menghilang dari pandanganku , jiwaku menelisik habis tentang sunyi yang kau buat, buat apa senda gurau kita waktu itu ?

tanyaku.

“ brisik ah” tuturmu..

lalu diam, hati ini diam..

tak ada tanda untuk mengutip bisu yang menjadi diam , lalu terabaikan..

“aku ingin sepertimu , selalu bisa tersenyum saat kau ingin tersenyum.tak peduli hatimu sakit, tak peduli kapan hatimu menjerit,aku kagum “

Dari ujung sana , kudengar kata2 itu, lirih dan sedikit tajam .. menusuk jiwaku ketika tak berpenghuni.

tolong diam,hari ini jiwaku tak berpenghuni kecuali sunyi.jangan sampai hati ini meraung seperti anjing ketika tak ada lagi tempat untuk meneteskan air mata , meski pipi ini masih lapang. Aku tak ingin menyusahkanmu.sungguh


Ingatlah sepi,maka ia akan mengingatmu..

Meski hanya dalam bait-baitnya .. yang terangkum . keras dalam literatur yang hendak kau asingkan bersama resah yang kau buat untuk malam nanti .


“ hemmm,ada apa bang. malam ini apa kau tak ingin lagi bermimpi tentangku ? “


Tetap saja diam , diam … dan tak pernah berontak dalam kata

Dalam jiwaku berbisik “ ma’afkan aku sayang “

“Apa namaku tak indah lagi untuk kau sebut ?

Apa sapaku tak seperti barang antikmu,yaitu pena .

Ia yang selalu kau puja ,lebih dariku… lebih dari anak-anakmu

Kenapa bang , beberapa bulan ini kau tak adukan satu sebutan saja sebelum aku terlelap dalam tidurku, seperti dulu saat pertama kau rakus dalam tubuhku, selalu sebut namaku , selalu kau sanjung semua yang ada padaku.

Kenapa waktu mengubahmu… ? “



Waktu kita ,

Ia tak seperti kertas yang selalu kau genggam,ingatkah engkau waktu itu..

Saat kita duduk berdua , dibawah pohon cemara depan gereja tua . diujung gang namamu. Aku tersudut disitu..

Mengetuk pintu , lalu hanya acuh yang kutemui.

Tak ada kau disana yang selalu memegang kunci untukku,

“Dinda kau kenapa “

Hanya kata-kata itu yang beralasan mengubahku,aku memilih diam untuk diriku

Aku memilih diam untuk hidupku

Aku memilih diam untuk masaku esok

Dan aku memilih diam , untuk selalu menghormatimu.


Dalam hening jiwaku hanya berbisik “ ma’afkan aku sayang , sungguh namamu tak seindah dulu , tetapi hatiku kini penuh dengan bayangan-bayanganmu"


Masih engkau yang berkuasa atas hatiku, masih engkau yang berdialog dengan sunyiku

Dan hanya engaku , yang selalu mengutip mimpiku

Hanya engkau.





Purwodadi , 06 Nopember 2010

Selasa, 02 November 2010

Terbelit Semesta

sebelum perahu itu kita dayung dan sebelum ombak itu kita susuri bersama ,aku hanya ingin mengingatkanmu tentang satu ucapanku yang tak pernah kucoba menepiskannya . aku mencintaimu seperti fajar mencintai kehidupan ini , seperti hujan mencintai kehidupan ini , dan seperti tangis karena harus kehilangan kehidupan ini


*
Ketika jalanan ini tak habis selagi kutapaki.kadang berbelok , naik dan sesekali turun..
Tak kurasa puluhan kilo telah kurengkuh darinya , ketika jiwa itu terbelit semesta . waktu itu aku tiada.

Memanjakan lamunan dalam gerimis yang tak habis , ketika petir , angin dan badai itu tak nampak aku ingin tenggelam dalam koma sehingga jiwa ini tak merasa kehilanganmu. Engkau yang kini melekat dalam fikiranku , menyatu dengan denyut ketika kurasa ,dan tiba-tiba tiada ketika ingin kudekap…

Sebelum putaran jarum jam itu mengeras dan berdengung ditelingaku aku ingin mengingat senyummu sekejap , barangkali itu bisa mengusir cemas yang sesekali melekat dijantungku , aku berdo’a untukmu sebisa barisan itu kuucap dalam lirihku , ketka harus menunggu kabar yang selalu kunanti dalam detik yang habis dilalap menit .selebihnya aku dan jiwa ini tak berdaya, …


purwodadi ,27 Juli 2010