ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Kamis, 10 September 2009

Seroja dalam rerimbaku,..

Tak lama kusudut mata ini dalam tiap jengkal celah yang tersisa ,disudut ruangan yang tak mungkin asing lagi bagi jiwa ini ketika ia mendekap mencari arti sunyi yang kadang mematikan rasaku.malam,…. kini ia menjadi penenangku ketika resah ini menguasai sebagian fikiranku , ia datang tiba-tiba dan pergi tanpa penjelas sesudahnya .

Sesudah itu , tak kudengar lagi bisikannya…. Seperti resapan air ketika mendahului celah-celah disekitarnya.dan tak kudapati tangisan lirih sebelum fajar mendendam karenanya.

ialah wujud bisu yang dipaksakan …
memperjelas langkah yang waktu itu sempat terhapus oleh gerimis kala hati ini merindu, entah pada siapa dan untuk apa? Yang jelas ia hanya terpaku dalam benak sunyi dan tak ingin menafikkan embun yang baru saja terurai dalam bidang diotakku. Cukup sunyi yang mewakili semua ini karena jika waktu telah berdusta akupun enggan menirukannya meskipun itu sesaat

aku ingin ia datang , meneruskan senyumannya dua tahun yang lalu.tetapi apa itu mungkin jika kehadirannya tak akan menggenapi perselisihanku dengan waktu.aku rasa pintu takkan pernah terbuka jika perasaan mencoba menguncinya.sedikit dalam tangis dan isakku ia telah berpaling dan berdusta pada pada mereka yang terabaikan mungkin bukan hanya aku yang terkecam sengitnya alur hidup tetapi mereka yang pernah beradu pada sunyi pun ikut mendengur dan menghinakan perjanjian yang pernah terbagikan oleh sebagian masaku . bukankah setiap alur itu perlu adanya sejarah yang merekamnya agar kita tak cenderung pada kisah yang mungkin mematikan perasaan kita.

Tak hanya aku yang mungkin terabaikan ,lihatlah pada putaran jarum jam ketika ia dipaksakan untuk terus melaju , siapa yang pernah meneruskan pintanya untuk sejenak berhenti dan menggenggam masa ketika arti tak menghidupkan kata-kata…
Dan lihatlah pada dinding pada ruangan ini,ia hanya menahan desah ketika masa telah melapukkan sebagian kegigihannya untuk terus bersanding dengan kita,akankah kita terbuai dalah kisah tragis yang mungkin terealisasi dalam gelanggang keangkuhan??

Ialah kebimbangan yang kuapung-apungkan dalam sedih dan keheningan ini, tak cukup adanya penawar setelah sakit itu kujelang .

4 komentar:

  1. catatan yg sangat bagus dan mengesankan.
    kata2 yg dirangkai begitu puitis dan menyegarkan.

    teruslah menulis sahabat...

    BalasHapus
  2. Betul sobat Surinit. saya sudah komentar tentang puisi ini di FB. Nice poems.

    BalasHapus
  3. @Surinit :thanks mbak atas dukungannya,,, insyaAllah slalu ada niatan untuk tetep exist nulis..
    @Newsoul:koment pertama malah..hehe
    mksih bunda,..emang sengaja saya post juga diFB.
    @lintang : terimakasih ,... sesungguhnya jika kita membaca dengan dan dari hati semua akan lebih tampak yg sesungguhnya..

    BalasHapus