ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Selasa, 15 September 2009

mungkin tak kusebut ia rindu

Tak ingin kuhirauakan persaan ini…
Namun , mengapa ia hanya datang untuk satu malam
Itupun lewat balutan mimpi ..
Sedangkan dimalam-malam sebelumnya ,
aku tak pernah merasakan rindu sekejam ini
rindu pada ranting ketika daun tak menyapanya,..
dan rindu pada buah ketika daun tak menyegarkannya..

aku ini sepintas lirik,..yang terjual dalam kepingan lagu
aku ini seraut pucat ,yang terlampiaskan letih dan ketidakberdayaan
dan engkau,hanya sebaris rindu yang selalu aku pinta,namun kadang tak ada
sedangkan ia hanyalah seikat senyum yang dipaksakan ada..
kemudian mereka itu binasa,oleh nurani yang terkucilkan
disekujur malam yang ingin kau sisakan

6 komentar:

  1. Mungkin tak perlu disebut itu rindu, mungkin cukup disebut ingin bertemu dalam kondisi saling memahami dan menyanyangi, hehe (lebay sesekali boleh ya Ahmad). Nice poems.

    BalasHapus
  2. Hai...aku pernah merasakan rindu!!
    Kalau disebut kejam rasanya ...emang gitu Bung
    Sampe perih "niannnnnnn", melegakannya dengan air mata n ucapkan or sampaikan!
    Kau tidak sendiri teman

    Salaam

    BalasHapus
  3. nice poem..saya juga pernah merasakan rindu yg kejam.. :-(

    BalasHapus
  4. @Newsoul:ya tentu bolehlah bunda,...sekali-kali
    @nelli_l_yunara :ya kadang q juga sangat merasa lega jika air mata ini,sempat menjadi bagian dari ceritaku
    @Isti :thanks....mksih..
    salam kenal yah...

    BalasHapus
  5. puisi manis. kapan2 sebutlah ia sebagai matahari yang melepuh, sobat.

    BalasHapus
  6. mau kah kau ku kabarkan ttg harap yang terlalu lama menggantung...
    ttg cinta yg telah mengabu....
    juga ttg doa yg di bisikkan malu2...

    maka nikmati saja rindumu itu,
    toh ia akan gugur seeiring musimmu yg berganti..

    semoga....

    BalasHapus