ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Jumat, 19 Juni 2009

Kepada mereka yang hidup,dan beradu pada malam



tak pernah kutiadakan mimpiku ketika malam belum memintaku untuk segera beranjak dari kelalaian menungguinya… karena ia adalah sebatas rindu yang terlewti ketika dendam menumpahkan keresahannya diantara renunganku. Ingatlah murkaku ketika aku terbenam dalam lingkarannya. Pernahkah kau lewatkan satu malam tanpa mimpi buruk??? Pernahkah kau hamburkan rindumu pada setiap hati yang kau permainkan??? Anggap saja tak pernah kau dengar kata-kata itu jika kau tak sudi menjawabnya demi kemurahanmu menghargai keresahanku. Karena aku selalu ada ketika malam menahanku direngkuhan dingin sebelum suaraku terdengar oleh jiwa ketika ingin mengadu pada semua fikiran yang tak pernah sempat diartikan oleh rasa dan nuraniku



Dingin kurasai , setelah suara angin itu menghuni belukarku . Sepotong kata tak mungkin tersambung lagi setelah mulut ini terkunci kebiadapan mereka…..
Mereka yang selalu angkuh,tak peduli,bahkan acuh terhadap pandangan nurani manusia. Sedikit rasa ini ingin segera aku kubur dalam titik hitam yang memintaku menghuninya karena ia adalah pemahamanku terhadap malam ketika cahaya tak mampu merenggut kumpulan pekat yang menyelubungiku waktu itu…
Anggap saja aku tak sadar malam itu, sebab tiada maksud aku menghina kesadaranku

yang aku tahu , aku selalu mengukur jalanku dengan dua kemungkinan .satu : ketika aku jatuh , aku adalah nada-nada retak yang tak harus mengeraskan intonasi ketika jiwaku tertahan diantara kebimbangan, kedua : aku adalah suara ramah , ketika aku berada diabad yang tak pernah acuh ketika adab dan kesopanan menegurku. lihatlah kaum sebelum nafas ini terhirup panjang.dan liriklah pada mereka…ketika yang tua memberi contoh dan yang muda tawadu’ dengan semua etika yg pernah diajarkan kepadanya waktu itu.ucapkanlah permintaan ma’afmu jika ku tak sanggup menjadi seperti mereka

lalu dimanakah jalan yang harus aku tatap, jika tak ada penghubung antara malam dan pagi, haruskah aku terbenam direngkuhan mimpi sebelum semua hasrat dan keinginanku ditulis oleh muda – mudi bangsa ini.ataukah aku harus membujur kaku sebelum jasad ini tertimbun lahat yang meruntuhkanku…. Tetapi jika ini hanyalah kekosongan hidup yang belum terisi , maka aku ingin membaca kisah kaumku sebelum bibir ini bicara tentang lelah dan sebelum tulisan itu menjadi sudah jika aku tak melewatkannya disebagian perjalananku

3 komentar:

  1. Nice posting, dan sangat menyentuh. Saya melihat kemungkinan pertama dan kedua itu sudah sangat pas Ahmad. Selebihnya, biarkan angin dunia melembutkannya, meluweskannya pada kelembutan sapuannya di wajah kita. Dan untungnya ada penghubung antara malam dan pagi, sang fajar. Sebagaimanan Al Mustafa berkata pada embun pagi, kegelapan ini adalah fajar yang belum jadi (Kahlil Gibran dalam taman sang Nabi). Setelah fajar menyingsing di ufuk, asa itu muncul lagi memberi harapan dan semangat pada segenap dunia.

    BalasHapus
  2. akhirnya semua yang terpendam keluar juga..manis banget rasanya..apalagi mas pandai memadu sebuah adonan yang sederhana diolah sedemikian rupa sehingga hasilnya mengembang..tidak terasa lengket dilidah..heheheh..semangat..

    BalasHapus
  3. @newsoul: trimakasih bunda semangat dan penjelasnya,...
    semoga saja malam masih tersambung....
    @sigit:huh,...hampir sudah semuanya tercecar disini... semua rasa dan kekecewaanku.
    thanks...

    BalasHapus