Aku ingin pergi sejenak mengitari damaiku,namun kemana kaki ini harus mengabdi di setumpukan niat dan pada setiap harapan yang kujemur. aku tak punya rasa yang bisa kubanggakan seperti dulu , seperti kisah rembulan pada sebagian malam dan seperti kisah angin pada sebagian gerimis yang belum terbagi dalam curah yang meresahkan fikiran.
Sebelum hijau kunikmati aku tak pernah merasakan kegalauan seperti ini,… perasaan sepi selalu berkecamuk dalam dentanganku.tak ada pembatas ,dan tak ada pula percuma setelah ini….yang aku harap bulan selalu ada pada tiap malam yang beredar dan gerimis selalu ada dalam sebagian masaku, agar aku bisa tersenyum untuknya.
Aku pernah punya benci pada seseorang , tetapi aku tak pernah menganggapnya itu suatu dendam yang sangat ,dan aku juga pernah ada rasa pada seseorang tetapi aku tak pernah menganggapnya itu suatu kebetulan,… karena sampai saat ini rasa itu tak pernah bisa aku elakkan. Jika mereka bertanya antara benci dan rasa yg aku genggam maka akan kujawab “ untuk benci aku hanya bisa menahannya beberapa detik sedangkan untuk perasaan ini aku tak pernah bisa melepaskannya meskipun hanya dalam hitungan detik”
Maka lepaskanlah ia, rasa benci itu pada ruang jeda hatimu. Seperti ini, disini, indah saja meski bicara tentang benci.
BalasHapusmemang benar kebencian akan sirnah seiring dengan munculnya satu rasa yang sulit untuk diterka dan hanya bisa dirasa oleh nurani terdalam.
BalasHapuswow..dalem banget. memang tipis sekali batas antara benci dan cinta.
BalasHapusPenyair...
BalasHapusSELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA!
@all:thanks ya atas semangatnya,....
BalasHapus@ivan kavalera:thanks bang,....selamat hari sumpah pemuda juga,...
u're melankollis one......gud....gud.......aq suka kata-kata yang menusuk hati tapi memberikan inspirasi bagi orang lain.........piss and keep connect flamboyant hehe
BalasHapuskenali lebi bijaksana karna benci dan cinta adalah s0dara kandung
BalasHapus