"seharusnya aku berfikir tentang kehidupanku ini,lama sudah tak kutengok jejak yang pernah kutiadakan dalam gerimismu . berandai akan adanya muara setelah hilir menuntun perangaiku dalam baitan lesu dibalik usia yang merajamku diam-diam namun hanya sisa remuklah yang selalu ada setelah darah kotor ini berkecamuk dalam fikiranku"
sisa-sisa ranting itu mematah , mengharapkan matahari yang mungkin tak akan muncul dikehidupannya…
kepada siapa jiwa dan hati ini mengiba….
Mungkin pada rengekan mereka…
pandangan ini ingin segera kuletihkan pada mereka, seperti berjaga dari rasa lapar yang kian menyiksa,kala mereka menjadi saksi kekejaman dunia pada anak-anak kecilku .
mereka yang terus meronta saat perut mereka tak berpenghuni .mungkin mulut ini katakan penghuni itu ialah sesuap nasi….yang sangat berarti jika saja mereka menelannya ,tetapi entahlah ……semua itu tak lagi nyata buat mereka semua
mungkin penghuni itu ialah sisa-sisa kejengkelan yang tertahan dalam batin yang belum dimuntahkan dalam fikiran ini
kali ini aku benar-benar melihat mereka dalam ketakutan…bukan ketakutan karena ajal telah menantinya melainkan ketakutan kerena mereka tak mampu memberi kesempatan kepada kaumku….
Kesempatan untuk saling mengasihi sesama . itupun jika takdir baik yang menjadi penopangku…..kata anak-anak itu dengan nada pelan.
Setelah berjalan diujung gang sempit itu , tatapan mereka tak henti-henti menyorot kepadaku .mereka yang memunculkan sedikit getar dan sejak itu jantungku pun menjadi geteran rasa rindu mengasihinya karena mereka memang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih saying sari sesamanya..
Kuberhenti didepan mereka lalu mulut ini bergetar menyapa sebagiannya,….. tak kusangka mereka pun membalas sapaanku dengan seikat senyum yang belum terputus dari keikhlasannya memandangiku..
Kupaksa mata ini memandang salah satu dari mereka….
Dan tanpa kusadari air mata ini keluar dari ketidaksadaranku meratapi kemalangannya ,hingga deraiku mendahului embun yg mungkin akan ada dimalam nanti atau mungkin seperti hujan yang kan turun sebelum senja melunasi hutang-hutangnya pada kesombonganku pagi tadi….sungguh kali ini aku benar –benar tak ingin tertawa seperti yang mereka lihat akan sedikit keangkuhan bangsaku pada kehidupan ini….
hidup memang mesti belajar dari apa yang sedang kita lihat, dan apa yang sedang ada disekitar kita..itu lebih baik, karena rasa mesti harus diasah...
BalasHapusslalu bisa mengungkapkan apa yang ada di benak dengan kata2 indah, bermakna tapi tersembunyi..
BalasHapusklo baca, g bisa cm skali buatku bisa paham....
BalasHapusmakin manstab aja....
Ya, hidup adalah soal memaknai apa yang terpampang di hadapan kita. Apa yng kita rasai, kita resapi, lalu kita olah. Nice poems.
BalasHapusTulisanmu makin bagus kawan. AKu ikut senang membacanya.
BalasHapus-tulisan yg amat indah-
BalasHapussalam kunjungan...
hem..kritik sosial dengan cara yang berbeda yah..
BalasHapussalut...
karena aku tak mampu membuat yang begini..:)
salam,
hesra
@ JengSri : ya begitulah... dan sedikit renungan
BalasHapus@ boykesn : ya bang, sangat perlu diasah...
@ yuni : semuanya berkat do'a mbak juga kok..hehe...
@ pram : memang inilah arti sejatinya tulisan.
tetapi jangan pernah menghitung berapa kali mas baca...takutnya ntar kapok buat baca postingan aku
@ Newsoul : ya ya...merenung .setidaknya dalam sehari kita tak pernah alpa dengannya
@ Dexter : makasih....moga tetap ada dalam comment selanjutnya.thanks..
@ Surinit : mkasih juga ya,...saya juga salut dengan tulisan2mu.salam kembali ya...
goresan pena : hehehe....
moga ja da yg merasa ya...
salam kembali.thanks..
sebuah ruang kata yang katarsis. keren, mas.
BalasHapus