pernah aku berjalan dalam gelap dan sunyi malam.. disana hanya ada aku dan angin malam,kami berjalan tak satu arah,tak saling kenal bahkan tak saling lepas senyum,.... kita tak kuasa untuk itu
hanya saja aku pernah menegurnya sebelum ia jauh dari pandanganku sehingga ia menyapaku , dan akhirnya senyuman itu juga terbagikan untukku, ketika akal ini mencari-cari ketenangan .
setinggi anganku ketika ia lepas dan beradu pada ketegaran awan malam ini, tak satu katapun terucap olenya... biarpun angin dan sedikit gerimis itu menghalaunya, hanya tatapan pilu yang ia hadirkan untuk sebagian kaum negeri ini. karena ia tak ingin mengusik siapa-siapa yang sedang berpesta,mereka yang sedang beradu mulut ketika kekuasaan ingin jadi budaknya.. bukan hanya itu... tetapi lihatlah kejujuran kaum negeri ini, saat ini . adakah kejujuran itu semanis madu jika benar-benar melihatnya dari dekat??? atau adakah pendusta yang bersujud disepertiga malam saat negeri ini benar-benar kacau...??dan adakah peminta-minta itu dekat dengan harta mereka ketika tangan-tangan kecewa menghadapkan sebagian rasa percuma .
biarkan saja mereka mengada-ada , seperti jarum jam ketika tak ada tenaga untuk mengubah kehidupan ini . ia hanya berdetak tetapi hanya disatu titik jalan itu terlihat sempurna, selebihnya aku tak tau apa-pa tentang negeri ini....
Tulisan yang bagus Ahmad. Semoga mereka dan kita dalam negeri ini bisa terbuka matanya.
BalasHapusKeren tulisannya, he2 g nyangka yang nulis ini umurnya 20 tahun, Dini jadi minder, tapi tenang ja 1 bulan lagi tulisan Dini lebih bagus dari ini, He2 ^_^
BalasHapusiya dan kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan negeri ini nanti, bila kita hanya diam dan terus berharap
BalasHapus@Newsoul: semoga saja,... harapan2 kita terbuka. thanks..
BalasHapus@safira: pede banget nie mbak... hehe siip.semangat....
@sigit:sip setuju..