aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
bukan kosong yang menanti ketidakberdayaan
aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
berdiri diatas tebing ...
yang kadang meniduri pandanganku
dan menghapus ceritaku pada catatan angin
aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
ketika sketsa itu bicara,...
aku bukanlah noda dari deretan yang menganggapku ada
mungkin diruangan yg redup ...
tanpa cahaya yang membuatku lirih
aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
tanpa tatapan mereka..
aku ini siapa??
aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
ketika mulut ini tak mampu jelaskan tentang hakikat hidup
anggaplah aku telah usang dalam sedikit baitmu
kala suara lantang ini tak menyeru kepadamu, kawan..
...
tanpa mereka
aku hanyalah riuh yang tak hafal kejujuran
Aku hanyalah riuh yang tak hapal kejujuran, maka mengapakah kejujuran itu mesti kuhapal. Cukup rasai, resapi, ridhoi, dan lanjutkan ! (kejujuran itu), he bukan kampanye ya). Sorry nyampah. Waktu saya kesini tadi postingan ini belum kelihatan. Nice poem.
BalasHapushmm...sepertinya kejujuran itu sudah menjadi bagian dari perilaku, semoga tak lagi sekedar menghapal...
BalasHapuswaduh..puitis bnget sich...mampir donk ketempatku dg komentar yg puitis hehheeh
BalasHapusAku cuma senyap yang rindu kejujuran
BalasHapusAku hanya bisu yang tak mampu mengungkap kebenaran
Tidak bisa puitis seperti kamu bro,...
@Newsoul :klo denger kata2 itu"lanjutkan" jadi inget ma kampanye ya. bukan nyampah kok bunda...
BalasHapusmemang seharusnya begitu
@boykesn:ya semoga begitu, memang harapan itu susah terwujud jika tak ada niatan dibaliknya..
semoga semua ini awal darinya..
@eka :hehe..insyaAllah tak main tapi gak janji lho ya...
@Seti@wan Dirgant@Ra : jangan dibanding2kan bang... bahkan kalimatmu ini "Aku cuma senyap yang rindu kejujuran
Aku hanya bisu yang tak mampu mengungkap kebenaran" yang bikin aku semangat nulis..
hmmm.....belum bisa nangkap maksudnya...dalem banget sih..bisa buat sinopsisnya gak ?
BalasHapus