jika semua berjajar didepanku
maka,kali ini tak kulihat engkau
seperti kemerin lusa
bertubi-tubi menyayat senyum
karena elang,kembali kubunuh
bukan dengan pisauku ,
melainkan dengan pisaumu sendiri
tak lagi musang kuhantam dengan sebutir peluru
yang ada disaat do'a-do'aku mengangkasa
menunjuki jalan yang semakin licin , dibenakku
biarkan merpati kembali kelahannya
usah kupikul senapan kecil yang beberapa kali mengeja langkahku
karena ,
kali ini tak lagi kuhafal , jalan menuju rumahmu..
jalan menuju hatimu
Hm, ada nada putus asa meski bukan satir disana Ahmad. Semoga kau dan dia kelak masih bisa mengukir puisi, meski kini terasa getir.
BalasHapus