Sayang , ma’af malam ini aku tak lagi bisa memejamkan mata ini untukmu, cukup sunyi yang berotasi didadaku . tak ada namamu , tak ada indah matamu , tak ada senyum manismu, tak ada hening yang tercipta saat kau menangis , tepat dibahuku..
Saat keremajaan membatasi ingin kita .aku tahu kita tak pernah satu ruang . hanya peka saja yang kadang mengundang kita dalam maya.
kemarin waktu engkau mencoba menghilang dari pandanganku , jiwaku menelisik habis tentang sunyi yang kau buat, buat apa senda gurau kita waktu itu ?
tanyaku.
“ brisik ah” tuturmu..
lalu diam, hati ini diam..
tak ada tanda untuk mengutip bisu yang menjadi diam , lalu terabaikan..
“aku ingin sepertimu , selalu bisa tersenyum saat kau ingin tersenyum.tak peduli hatimu sakit, tak peduli kapan hatimu menjerit,aku kagum “
Dari ujung sana , kudengar kata2 itu, lirih dan sedikit tajam .. menusuk jiwaku ketika tak berpenghuni.
tolong diam,hari ini jiwaku tak berpenghuni kecuali sunyi.jangan sampai hati ini meraung seperti anjing ketika tak ada lagi tempat untuk meneteskan air mata , meski pipi ini masih lapang. Aku tak ingin menyusahkanmu.sungguh
Ingatlah sepi,maka ia akan mengingatmu..
Meski hanya dalam bait-baitnya .. yang terangkum . keras dalam literatur yang hendak kau asingkan bersama resah yang kau buat untuk malam nanti .
“ hemmm,ada apa bang. malam ini apa kau tak ingin lagi bermimpi tentangku ? “
Tetap saja diam , diam … dan tak pernah berontak dalam kata
Dalam jiwaku berbisik “ ma’afkan aku sayang “
“Apa namaku tak indah lagi untuk kau sebut ?
Apa sapaku tak seperti barang antikmu,yaitu pena .
Ia yang selalu kau puja ,lebih dariku… lebih dari anak-anakmu
Kenapa bang , beberapa bulan ini kau tak adukan satu sebutan saja sebelum aku terlelap dalam tidurku, seperti dulu saat pertama kau rakus dalam tubuhku, selalu sebut namaku , selalu kau sanjung semua yang ada padaku.
Kenapa waktu mengubahmu… ? “
Waktu kita ,
Ia tak seperti kertas yang selalu kau genggam,ingatkah engkau waktu itu..
Saat kita duduk berdua , dibawah pohon cemara depan gereja tua . diujung gang namamu. Aku tersudut disitu..
Mengetuk pintu , lalu hanya acuh yang kutemui.
Tak ada kau disana yang selalu memegang kunci untukku,
“Dinda kau kenapa “
Hanya kata-kata itu yang beralasan mengubahku,aku memilih diam untuk diriku
Aku memilih diam untuk hidupku
Aku memilih diam untuk masaku esok
Dan aku memilih diam , untuk selalu menghormatimu.
Dalam hening jiwaku hanya berbisik “ ma’afkan aku sayang , sungguh namamu tak seindah dulu , tetapi hatiku kini penuh dengan bayangan-bayanganmu"
Masih engkau yang berkuasa atas hatiku, masih engkau yang berdialog dengan sunyiku
Dan hanya engaku , yang selalu mengutip mimpiku
Hanya engkau.
Purwodadi , 06 Nopember 2010
waktu, memang mampu mengubah banyak hal, termasuk perasaan kan?
BalasHapusTanpa disadari waktu berjalan cepat sekali ya, dan umur semakin berlanjut. semoga sisa waktu kita bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
BalasHapusBali Villas Bali Villa