Barangkali hujan ini
Yang menjadi penjelas antara musim semi dan kemarau
Semua terbatas,seperti anganku
Sesekali , aku melirik mendung
Dari atap yang tak mau menyatu dengan denyut nadi yang menjadi simbul hidup
Kenapa ia habis sekali waktu ?
Disudut benakku , ada engkau kekasihku
Berdiri melawan arus yang menghampiri tiap takdir
Jangan kau lepas genggamanku , kumohon.....
Wajahmu beku , napasmu tercecar diantara ragu
Kenapa demikian “ucapku , lirih.. “
Apa kabar macan Indonesia? Sebelum malam mendidih..aku ke sarangmu.
BalasHapusselalu sehat bang,semoga engkau juga begitu disana...
BalasHapusterimakasih kunjungannya,
sebelum pagi mendidih... hmm, tema yang mengesankan.. salut.
BalasHapus