Maka tak ada hening yang sedang dirasa tiap hati yang sedang gelisah , seperti tak ada teman disampingku , menemani minum kopi seperti kebiasaan kami waktu dulu ... menggenapi malam dengan bilangan 0 maka kami lupa akan waktu, denyut nadi yang menumpulkan detak jam yang mengayun diputarannya , melambat...seakan melambat dalam pikirku,seperti baterai akan habis dan koma ,
Lalu , cukup kupandangi gelas yang ada diatas meja itu. Semenjak pagi tadi ia dekat dengan tungku itu , tapi tak ada apa-apa didalamnnya, hanya kosong.. berisi angin sesat dan pandangan hampa dariku , beribu lamunan berhambur didalamnya , siapa saja yang kuhapal sore itu .... mungkin engkau juga ada , namamu panjang , ketika berulang kali kusebut .berawal B dan berakhir B , sebab tak ada koma bahkan titik
Yang tidak ada diatas meja kerja , mungkin setumpukan anganku ...
Tak ada butiran air ketika harus mengisi masa-masa sedihku, kamu dan kamu selalu membumbui hari-hariku bahkan tiap jam ,menit bahkan detik .... tangan ini selalu menyeratkan namamu dalam kertas kosong yang sengaja kuselipkan dibukit-bukit dompetku , kusam , putih kecoklat-coklatan namun selalu kuingat tiap lipatan yang menghubungkan jarak hubungan kita , sejengkal aku lupa maka lipatan itu mengingatkanku tentangmu,
Itu engkau yang selalu mengunci hati ,
Membiasakan dinding itu sempat merapat dalam celah yang mengaitkannya dengan pintu ,tempat kita masuk dalam ruangan ini ... dipertengahan malam yang lalu kita bertemu dan saling menghapal liku yang pernah membentang ,
Sepuluh bulan , bukan waktu yang singkat untuk saling mengisi , membenarkan tiap resah yang mengelabu ... mengosongkan jiwa kita saat itu
Tapi , kembali resah itu seakan tumpul karena hadirmu disini, memberiku arti dalam tiap bait yang terus ter eja . Resah bahkan sedih yang dulu manjadi penghalang kini menjadi penguat akan rasa saling percaya
Yang tidak ada diatas meja makan , mungkin sebait bumbu darimu ..
Ketika masakan hari ini tak mengenyangkan perutku , manis ,asam,pedas bahkan sedap tak kuarasa ketika kulahap secara perlahan ,
Semua pernah kucicipi masakan diatas meja itu ?
Tetapi tak ada yang mencukupkan rasaku menjadi satu , “pikirku mungkin hari ini tak ada engkau “
Kembali ,
Pena itu kembali kuraih ,
Melengkapi kosong yang belum terserat
Aku melupa dalam wajah ?
Namun tidak dalam rasa ,..
Melabuh , berdiri kokoh dalam tiraniku..
Rasa ,..
Kembali engkau memunguti kosong yang tercecar
Dalam kotak yang aku kunci dalam lemari besi
Rasamu didalamnya ,
Mengaitkan rindu
Mengadu pada malam
Ketika kudapati hening
Mencekam , rasa darimu berhamburan
Pena itu kembali kuraih ,
Kutuliskan tentang perih ini
Kujelaskan tentang kebijaksanaan hati
Kuperlihatkan tentang kosong telapak tanganku
Tak berisi jabatanmu,
Kuperhatikan ukiran namamu
Dalam dinding dibalik rumah susun itu
Ketika semalaman engkau menemaniku dalam mimpi
Pena itu kembali kuraih , kuletakkan diatas meja tempat aku menautkan wajahmu dalam angan , ingin kutuang dalam imajinasiku . menyamai angan yang bergeming waktu itu,
Mungkin tepat , tak ada jarak yang merentangkan serdadu dengan pelurunya
Tak ada jarak yang menjauhkan pena dengan penulisnya
Serta tak ada pandangan kosong diatas meja, “ketika engkau ada didekatku” tak perlu berhayal ...
Tak perlu mengeja , agar aku terpaut dalam lipatan malam yang menjaga tiap hati yang ingin bermuara dalam mimpi
Tentang selembar kertas,
kutabur warna-warni dalam kuas yang kupegang , tak kugambar sesuatupun
lalu cukup kupandangi wajahmu,
itu saja
Yang ada diatas meja ,
Selain pena , kertas dan anganku
Membiru dalam pandangan rindu,
Cukup namamu,
“Berinda Prasasti “
0:29 19 April 2011
Semoga ia ada kembali di meja, dengan segala keindahannya. Salam.
BalasHapus